Welcome

I am pleased to invite you to my blog...
Here we go, just scroll your mouse down and you'll find something interesting..
Enjoy reading.. ^^

Home

Selasa, 15 Maret 2011

Putus Cinta dari Kacamata Ilmuwan


Mengalami putus cinta atau cinta ditolak bukan hal yang menyenangkan, bahkan bagi yang sensitif, putus cinta adalah hal yang sangat menyakitkan. Saat seseorang menolak cinta kita, tak hanya hati terasa sakit, tetapi rasanya seperti kita didorong ke arah berlawanan dari arah yang sebenarnya ingin kita tuju. Saat si dia tidak mau menjalin hubungan lebih dari sekadar pertemanan, kata-kata yang kita ungkap kepada sahabat, kurang lebih, "Aku ditolak". Esensinya, orang yang ditolak adalah pihak yang menjadi korban, atau pasif.

Para peneliti di University of Amsterdam menemukan bahwa penolakan terkait dengan respons sistem saraf parasimpatetik. Artinya, saat tubuh aktif, umumnya saat ingin berkelahi, sistem simpatetik akan bersiap, detak jantung menguat, pupil mata membesar, dan energi tinggi. Namun, sistem parasimpatetik adalah yang bertanggung jawab terhadap tubuh kala beristirahat. Saat cinta ditolak, para ahli mengatakan, kita akan merasakan tidak disukai, berujung pada detak jantung melamban, aktivitas sistem saraf parasimpatetik. Intinya, ditolak atau diputus cinta menghasilkan respons fisik dan psikologis. Tak mengherankan jika saat mengalami hal itu rasa kita seperti "copot" atau "patah", mungkin karena mendadak melamban tadi.

Dirancang untuk takut penolakan

Sebagai manusia, kita sangat sensitif terhadap penolakan, khususnya penolakan sosial. Kita punya motivasi kuat untuk mencari persetujuan dan penerimaan dari orang-orang di sekitar kita. Jika kita lihat ke zaman purba dulu, seandainya kita hidup sendirian dan tidak memiliki siapa pun, kesempatan hidup kita akan berada pada titik nol. Manusia butuh manusia lain untuk bertahan hidup. Artinya, kita makhluk sosial, kita butuh penerimaan orang lain, tak sanggup ditolak. Hal itu terus berevolusi hingga sekarang, dan kita masih butuh orang lain.