Welcome

I am pleased to invite you to my blog...
Here we go, just scroll your mouse down and you'll find something interesting..
Enjoy reading.. ^^

Home

Selasa, 12 Juli 2011

Grifola frondosa, Obat antidiabetes Golongan Jamur

Tulisan ini merupakan hasil karya temen-temen FSI 2007 yang merupakan tugas kuliah Vitamin dan Hormon. Semoga bisa menyegarkan kembali ingatan kita teman.. :)

Diabetes Melitus (DM), yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan bervariasi, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron. Hiperglikemia sendiri dapat menyebabkan dehidrasi dan ketoasidosis. Komplikasi jangka panjang termasuk penyakit kardiovaskuler (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dengan resiko amputasi.
Penyakit diabetes yang utama adalah kurangnya produksi insulin (diabetes mellitus tipe 1), atau kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin (diabetes mellitus tipe 2). DM tipe 1 membutuhkan terapi insulin, sedangkan DM tipe 2 hanya membutuhkan insulin apabila penanganan sebelumnya tidak efektif.

Obat Antidiabetes yang berasal dari golongan jamur

Salah satu alternatif pengobatan untuk diabetes adalah Grifola frondosa. Grifola frondosa adalah jamur polipore yang tumbuh mengelompok di bawah pohon, terutama pohon oak. Jamur ini umumnya dikenal dengan nama Hen of the Woods, Ram's Head and Sheep's Head. Di pasaran suplemen USA dan di pasaran Asia, jamur ini dikenal dengan nama jepang Maitake, yang berarti jamur yang menari.
Fungi ini berasal dari sebelah timur laut Jepang dan Amerika utara, dan bernilai dalam pengobatan tradisional jepang dan cina sebagai jamur obat yang menyeimbangkan sistem tubuh dalam kondisi yang normal. Sebagian besar masyarakat jepang menyukai rasa dan teksturnya meskipun pada beberapa kasus menimbulkan reaksi alergi.
G. frondosa tumbuh dari dalam tanah dengan struktur mirip umbi seukuran kentang. Badan buahnya mempunyai ukuran hingga 60 cm, merupakan sekumpulan tudung cokelat keabuan yang biasanya bergelombang atau mirip sendok, dengan tepi yang bergelombang selebar 2-7 cm. Permukaan bagian bawah tudung mempunyai 1-3 pori dengan kedalaman tiap pori lebih dari 3mm. Batang berwarna putih susu memiliki struktur bercabang yang kuat ketika jamur tersebut dewasa.

Umbi di bawah tanah dari jamur tersebut digunakan dalam pengobatan tradisional jepang dan cina sebagi imunomodulator. Para ahli juga telah menemukan bahwa jamur utuh mampu mengatur tekanan darah, kadar glukosa, kadar insulin dan lemak dalam serum dan liver seperti kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid, dan kemungkinan dapat menurunkan berat badan.
Karakteristik jamur
Grifola frondosa merupakan jamur basidiomycetes dengan taksonomi sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Class : Agaricom
ycetes
Order : Polyporales
Family : Meripilaceae

Genus : Grifola
                                                Species : G. frondosa
Komponen aktif
Maitake kaya akan mineral seperti kalium, magnesium dan kalsium, berbagai vitamin seperti B2, D2 dan niasin, serat dan asam amino. Salah satu senyawa aktif (sebagai imunomodulator) yang ditemukan pada Maitake pada akhir 1980 berupa beta-glukan yang terikat protein.
Komponen kimia dalam G. frondosa berkaitan dengan struktur β,D – glucane (polimer dari D-glukosa dengan monosakarida) atau β,D – glukosa yang terikat dengan protein (proteoglikan). Secara umum proteoglikan memiliki aktivitas imunostimulating yang lebih baik karena adanya glukan bebas.
Pada tahun 1984,
Nanba mengidentifikasi miselium dan buah dari maitake. Miselium dan buah maitake tersebut direndam dalam air panas, lalu ekstrak larut airnya dijenuhkan dengan 80% etil alkohol. Presipitat yang didapat ditambah asam asetat dan senyawa basa. Fraksi yang dihasilkan desebut fraksi D yang mengandung β - 1,6 dan β - 1,3 glukan dan protein yang memiliki BM skitar 1000000. Nanba menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara beta-glucane yang terdapat dalam maitake dengan beta-glucan dalam jamur lainnya. Fraksi D dari maitake memiliki struktur yang kompleks.
Aktivitas
  1. Fraksi D (polisakarida yg diekstraksi dari maitake) memiliki aktivitas antitumor (Adachi et al.,1988; Nanba et al., 1987).
  2. Penekanan gula darah oleh polisakarida dari jamur maitake (fraksi X), yang memiliki ikatan 3-1,6 glukan sebagai struktur rantai utama dan ikatan α-1,4 sebagai rantai samping. Fraksi X dapat meningkatkan sensitivitas reseptor insulin dan memberikan pemulihan pada Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (Kubo, 1990)
Mekanisme Aksi
Mekanisme antidiabetik dari maitake belum sepenuhnya bisa diketahui, diperkirakan mekanismenya melalui peningkatan sensitivitas reseptor insulin pada NIDDM (Kubo, 1996). Sistem imun telah diketahui berhubungan dengan onset dari IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) (Sugita, 1990). Sementara itu, polisakarida yang diperoleh dari maitake diketahui memiliki efek pada autoimun pada hepatitis melalui efeknya pada reaksi imun (Kurushima et al, 2000).

Daftar Pustaka
Adachi, K., Nanba, H. and Kuroda, H. 1987. Potentiation of host-mediated antitumor activity in mice by beta-glucan obtained from Grifola frondosa (maitake). Chem. Pharm. Bull. 35: 262-270.
H Kurushima, N Kodama, H Nanba, Activities of polysaccharides obtained from Grifola frondosa on insulin-dependent diabetes mellitus induced by streptozotocin in mice, Mycoscience 41 : 473-480, 2000
Kubo, K. 1990. Anti-diabetic activity present in the fruit body of Grifora frondose (Maitake). Chem. Pharm. Bull. (Tokyo) 17:1106.
Kubo K, Nanba H. Antidiabetic mechanism of maitake (Grifola frondosa). In: Royse DJ, ed. Mushroom Biology and Mushroom Products. University Park, PA: Penn State University; 1996:215-221.
Nanba, H., Hamaguchi, A. and Kuroda, H. 1987. The chemical structure of an antitumor polysaccharide in fruit bodies of Grifola frondosa (maitake). Chem. Pharm. Bull. 35 1162-1168.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar